Tuesday, September 10, 2013

Asap Mesin Diesel Ganggu Fungsi Otak

Dampak polusi udara khususnya asap kendaraan bermotor memang sejak lama diklaim dapat menggangu kesehatan. Banyak penelitian membuktikan bahwa partikel-partikel berukuran kecil hasil pembakaran dalam mesin kendaraan dapat mempengaruhi otak.

Belum lama ini, para peneliti dari Belanda memperkuat teori tentang dampak buruk polusi lewat riset terbarunya. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa menghirup asap kendaraan mesin diesel tidak hanya akan membuat kepala Anda pusing, namun juga mengganggu fungsi otak.

Para ilmuwan memang telah mengetahui sejak lama bahwa partikel berukuran nano dari asap kendaraan dapat masuk ke dalam otak ketika dihirup. Namun begitu, hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Particle and Fibre Toxicology ini adalah yang pertama menunjukkan bagaimana partikel polutan dapat mempengaruhi otak dalam memproses informasi.

Dalam risetnya, para peneliti dari Zuyd University membuat replikasi suasana yang sangat mirip dengan lingkungan tempat mereka yang bekerja di garasi atau pinggir jalan raya.

Peneliti melibatkan 10 partisipan untuk menghabiskan waktu selama satu jam di ruangan yang disesaki oleh asap kendaraan mesin diesel dan satu ruangan yang diisi udara bersih.

Partisipan juga dilengkapi dengan alat electroencephalograph (EEG), sebuah alat yang merekam sinyal elektris dari otak. Mereka terus dipantau selama periode paparan udara bersih atau polutan, demikian pula setelah satu jam meninggalkan ruangan.

Setelah sekitar 30 menit, lewat pantauan EEG peneliti menemukan bahwa otak para partisipan yang berada di ruangan berisi polutan menunjukkan adanya respon stres. Menurut peneliti, hal ini mengindikasikan adanya perubahan dalam bagaimana informasi diproses dalam jaringan cortex otak. Pengaruh ini juga ternyata berlanjut setelah para partisipan tidak lagi berada dalam ruangan.

¨Kami hanya berspekulasi bahwa efek ini dapat berarti adanya ancaman paparan kronis dari polusi udara yang terjadi di kota-kota besar di mana tingkat partikel debu bisa sangat tinggi,¨ ujar pimpinan peneliti Paul Borm seperti dikutip BBC, Selasa (11/3).

¨Dapat dipertimbangkan pula bahwa dampak jangka panjang akibat paparan partikel nano asap kendaraan bisa mengganggu fungsi normal otak dan pemrosesan informasi. Perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk mengungkap dampak partikel ini.  
(sumber : http://health.kompas.com)

Lirik Lagu Barat Picu Remaja Minum Alkohol

KOMPAS.com - Mendengarkan lagu-lagu barat populer sudah menjadi bagian dari gaya hidup, baik kalangan dewasa maupun remaja. Tetapi bagi remaja dan anak muda khususnya, menikmati lagu barat populer saat ini cenderung menimbulkan risiko.

Hasil analisa pengamat di Amerika Serikat menunjukkan, lirik lagu-lagu barat populer saat ini banyak yang merujuk pada merek minuman alkohol. Hal inilah yang dikhawatirkan memicu anak muda 

meminum alkohol dan melakukan hubungan seks.

Kajian pengamat menunjukkan, hampir seperempat dari lirik lagu yang beredar di Amerika saat ini memuat kata-kata tentang minuman alkohol . Hal ini telah terjadi selama tiga tahun belakangan pada lagu populer yang banyak beredar di tangga lagu.

Para ahli dari Boston University meneliti 720 lagu paling populer berdasarkan peringkat dalam majalah musik Billboard. Tahun kepopuleran lagu adalah 2009, 2010, dan 2011. Hasil kajian menunjukkan, 167 lagu menyebutkan alkohol. Sedangkan 46 lagu menyebutkan merk dagang minuman beralkohol secara spesifik.

Aliran musik rap, hip hop, dan R&B paling banyak menyebutkan minuman keras dengan porsi 38 persen. Aliran musik ini diisi artis favorit anak muda, seperti Rihanna dan Kanye West.

Jenis musik kedua yang banyak menyebutkan alkohol adalah country dengan 22 persen. Beberapa artis yang menyanyikan aliran ini adalah, Rita Ora dan Eric Church. Musik pop menempati urutan buncit dengan angka 15 persen.

Hampir semua lagu menyebutkan alkohol adalah sesuatu yang baik. Kemudian, lebih dari 16 persen lagu menghubungkan alkohol dengan seksualitas.

Professor Michael Siegel dari Boston University mengatakan, banyak lagu mempesonakan kebiasaan minum di bawah umur, konsumsi alkohol berlebihan, serta hubungannya dengan pesta dan hubungan seks.

"Sejumlah kecil merek minuman beralkohol juga sering disebut dalam lagu . Jika paparan lagu mempengaruhi kebiasaan minum generasi muda, maka perlu ada upaya kesehatan yang lebih fokus untuk masalah penggambaran alkohol dalam musik populer ini ," kata Siegel. Sumber 
: http://health.kompas.com

Kontroversi Efektivitas Rokok Elektrik Hentikan Kebiasaan Merokok

Rokok elektrik digadang-gadang sebagai solusi untuk berhenti merokok. Metode tersebut pun disandingkan dengan Terapi Pengganti Nikotin (TPN) yang sebelumnya dikatakan mampu menekan prevalensi perokok. Meski demikian, penggunaan rokok elektrik masih menjadi perdebatan di kalangan ahli medis.

Sebuah studi baru mengatakan, rokok elektrik cukup efektif dalam menghentikan kebiasaan merokok. Menurut para peneliti, efektivitas rokok elektrik hampir sama dengan TPN terstandar setelah membandingkan tingkat keberhasilan di antara keduanya.

Studi tersebut dipublikasi kurang dari seminggu setelah sebuah studi sebelumnya menunjukkan peningkatan pengguna rokok elektrik di kalangan remaja hingga dua kali lipat.

Sebelumnya, rokok elektrik sudah menjadi kontroversi di kalangan tenaga medis. Sebagian mengatakan, rokok elektronik cenderung mampu untuk membantu perokok yang gagal berhenti merokok dengan TPN. Sebagian lagi berpendapat, rokok elektronik justru menjadi pintu masuk kecanduan nikotin dari merokok bagi perokok baru.

Sementara rokok elektrik masih menjadi kontroversi, aktivitas merokok terus menjadi pembunuh bagi mereka yang menjadi pencandunya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, tembakau bertanggung jawab untuk 6 juta kematian setiap tahunnya. Dan jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 8 juta di tahun 2030.

Selain menyebabkan kanker paru dan penyakit pernapasan kronik lainnya, merokok juga merupakan pemicu utama penyakit kardiovaskular, penyakit penyebab kematian nomor satu di dunia.

Studi baru yang dipublikasi dalam jurnal The Lancet Medical tersebut merupakan studi pertama yang menguji efektivitas rokok elektrik dibandingkan dengan TPN. TPN sebelumnya sudah dikenal sebagai metode yang membantu orang untuk berhenti merokok.

Dalam studi tersebut, para peneliti melakukan analisa terhadap 657 perokok yang ingin berhenti merokok. Mereka pun membagi peserta menjadi tiga kelompok yang diberi metode berhenti merokok yang berbeda, dengan rokok elektronik, TPN, dan rokok elektronik dengan plasebo (tanpa nikotin). Studi dilakukan dalam periode 13 minggu.

Selama periode tersebut, 5,7 persen peserta dinyatakan berhasil berhenti merokok. Kelompok pengguna rokok elektronik merupakan kelompok dengan persentase keberhasilan berhenti merokok tertinggi yaitu 7,3 persen, diikuti kelompok TPN 5,8 persen, dan plasebo 4,1 persen. Perbedaan ketiganya memang tidak signifikan, namun tetap bisa dibandingkan.

Ketua studi Chris Bullen, peneliti asal New Zealand's University of Auckland mengatakan, meski perbandingan hasil antara rokok elektrik dan TPN tidak jauh, namun selama enam bulan, rokok elektrik memberikan hasil yang lebih baik untuk mengurangi konsumsi tembakau.

"Hal yang menarik lagi adalah peserta studi umumnya lebih antusias mencoba rokok elektrik dibandingkan dengan TPN. Mereka bahkan merekomendasikan metode tersebut pada kerabat dan rekan mereka," tuturnya.( sumber : http://health.kompas.com)