Keterlibatan tokoh-tokoh agama dalam konseling problematika remaja sangat kecil.
Satu survei yang dilakukan simpul jaringan muda forum antar umat beragama peduli keluarga sejahtera dan kependudukan (Sijar Famsedu) bersama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan keterlibatan tokoh agama hanya dua persen.
"Jadi diibaratkan dari 100 orang remaja, hanya ada dua yang bertanya dan berbagi cerita terkait problema reproduksi kepada tokoh agama. Selebihnya, paling besar mereka bertanya pada teman sendiri," ujar Ketua simpul jaringan muda forum antar umat beragama peduli keluarga sejahtera dan kependudukan (Sijar Famsedu) Hamim MH Gibodi di sela Seminar Kependudukan dan KB di Ternate, Rabu (28/8).
Hamim mengatakan, jika teman tempat bertanya atau berbagi cerita itu paham dan mengerti, tidak masalah. Namun jika teman tempat berbagi juga tidak banyak tahu dan justru memberikan jawaban yang menyesatkan, maka dikhawatirkan remaja tersebut justru mendapat informasi salah.
Dia mencontohkan, pengalaman pertama kali mimpi basah, menstruasi, hingga pengalaman seks, kebanyakan remaja bercerita dengan sesama teman sebayanya. Untuk itulah, Sijar Famsedu dibentuk sebagai simpul yang peduli pada kelompok remaja agar mereka mendapatkan informasi yang betul.
Kehadiran Sijar Famsedu diharapkan bisa menjembatani kalangan remaja. Hamim mengakui, informasi tentang kesehatan reproduksi sebetulnya dibutuhkan oleh kaum remaja, tapi yang berkepentingan sebetulnya para orangtua.
"Orangtua tentu tidak ada yang mau anaknya terjerumus ke hal-hal negatif," ujarnya.
Karena itu, Sijar Famsedu terus bermetamorfosis dan melakukan sosialiasisasi keberadaan mereka. Saat ini, baru ada tujuh pengurus wilayah Sijar Famsedu yang sudah terbentuk. Yakni di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Jawa Barat, DKI Jakarta, Kalimatan Timur, dan yang baru dilantik kepengurusannya adalah Maluku Utara.
Menurut Hamim, Sijar Famsedu adalah anak-anak muda lintas agama yang terdiri dari perwakilan enam agama. Namun mereka tidak membawa masalah agama melainkan memadukan spririt keagamaan untuk menjadi inspirasi penguatan keluarga.
Salah satu program yang telah dilakukan adalah menghidupkan program majelis parenting. Program ini merupakan kolom remaja yang memungkinkan remaja berbagi masalah dan solusinya dengan sesama temannya. (sumber : republika.co.id)